Wisata alam di kawasan pemukiman Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, ternyata menjadi primadona bagi wisatawan untuk mengisi liburan panjang.
- Brigjen Endar Priantoro Resmi Dilantik Menjadi Kapolda Kalimantan Timur
- Syekh Nawawi al Bantani Layak Jadi Pahlawan Nasional, Ini Kata Akademisi
- Pertamina Bantah Oplos Pertalite jadi Pertamax, Begini Katanya
Baca Juga
Salah satu pengunjung yang merasakan sensasi alam Badui, yakni Salmawati (25), warga Pasar Minggu, Jakarta.
"Kami hari ini menikmati wisata alam di kawasan pemukiman Badui," kata Salmawati, Rabu (29/1/2025).
Salmawati mengatakan, dirinya mengunjungi wisata alam di kawasan pemukiman Badui bersama rombongan komunitas sekaligus mengisi libur panjang.
Perjalanan dari rumah pukul 07.00 WIB tiba di Terminal Ciboleger pukul 12.00 WIB, dan menyiapkan aneka makanan serta minuman sebagai bekal selama perjalanan menuju Badui.
Salmawati menyebutkan, setelah tiba di kawasan Badui di Kampung Kadu Ketug, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak disambut oleh masyarakat adat setempat dengan baik.
Seperti diketahui, kawasan Badui memiliki panorama alam yang indah dan asri dengan banyak pepohonan besar dan hutan belukar.
Pengunjung wisata alam itu melakukan perjalanan menuju jembatan gantung Gajeboh yang terbuat dari bambu dengan menggunakan ikat tali pohon aren.
Adapun jembatan gantung dengan panjang tujuh meter dan lebar satu meter cukup kuat dilintasi 20 orang.
Sedangkan, di bawah jembatan gantung itu aliran sungai yang kondisi airnya bersih jernih, juga sesekali terdengar kicauan burung yang ada di sekitar perbukitan itu.
Wisatawan yang datang akan berjalan kaki menuju jembatan gantung itu sepanjang tiga kilometer melintasi jalan setapak hutan belukar dan tebing curam yang terjal, bahkan banyak pengunjung tidak kuat berjalan dan memilih istirahat dan duduk di bale-bale rumah warga Badui.
Kondisi medan menuju jembatan Gajeboh terjal dengan kondisi jalan naik dan turun cukup tajam dan pengunjung yang sudah usia di atas 60 tahun terpaksa kembali ke Ciboleger.
Meski begitu, pengunjung merasa senang berjalan kaki yang kondisi seperti itu menggunakan tongkat dan sampai lokasi Gajeboh.
"Saya kira wisata alam itu banyak tantangan, terutama melintasi jalan setapak dengan kondisi medan naik dan turun serta curam," ungkapnya.
Wisatawan lainnya, Muktar (50), warga Tangerang Selatan mengaku dirinya bersama anggota keluarga mengunjungi lokasi jembatan Gajeboh di pedalaman Badui cukup menguras tenaga juga penuh hati-hati berjalan kaki dengan kondisi licin diguyur hujan.
Kondisi jalan setapak curam tebing perbukitan kawasan Badui sangat melelahkan ketika berjalan setapak naik cukup tinggi.
"Kami sendiri kelelahan, namun terasa senang setelah memakan durian khas Badui begitu legit dan manis," jelasnya.
Sementara itu, Ujang (20), seorang mahasiswa warga Jakarta mengaku dirinya bersama rombongan mengunjungi kawasan Badui Dalam, yakni Kampung Cibeo dengan menempuh jalan kaki selama lima jam dengan jarak tempuh 14 kilometer dari Ciboleger.
Perjalanan itu melintasi kawasan hutan di pedalaman Badui dengan kondisi jalan setapak dan banyak tebing curam, sehingga hati-hati agar tidak jatuh.
"Kami bersama rombongan didampingi warga Badui menuju Badui Dalam dan pulang Kamis (30/1) itu," ujarnya.
Sekretaris Desa Kanekes Medi mengatakan para pengunjung wisata yang mendatangi kawasan Badui sejak hari Sabtu (25/1) sampai Rabu ramai, karena libur panjang itu.
Selain itu, pihaknya minta pengunjung wisata agar mematuhi aturan di antaranya tidak berenang di kolam dan aliran sungai juga tidak membuang sampah sembarangan.
"Kami mencatat pengunjung yang datang ke sini mencapai 1.500 orang selama libur panjang," katanya. (ant)