Tumbuhkan Industri TPT, Pemakaian Produk Dalam Negeri Harus Terus Digaungkan

Sekjen Kemenperin, Dody Widodo (kanan) bersama Direktur Politeknik STTT Bandung, Tina Martina (kiri)/RMOLJabar
Sekjen Kemenperin, Dody Widodo (kanan) bersama Direktur Politeknik STTT Bandung, Tina Martina (kiri)/RMOLJabar

Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) saat ini telah menunjukkan pertumbuhan yang positif usai terdampak pandemi Covid-19 selama dua tahun.


Data Kementerian Perindustrian (Kemenperin),TPT tumbuh hingga 12,5 pada triwulan pertama 2022. Pencapaian itu tumbuh signifikan karena di tahun 2020 dan 2021 sempat 13 persen dan 8 persen.

Sekjen Kemenperin, Dody Widodo mengatakan, terdapat peluang besar yang perlu diambil oleh TPT untuk memenuhi kebutuhan sandang dunia akibat perang Ukraina-Rusia dan pasca pandemi Covid-19. Namun, peluang itu harus dipertimbangkan dengan matang karena kebutuhan tekstil dalam negeri pun sama tingginya.

"Jadi sebenarnya kita bisa paralel, bisa mengembangkan untuk kebutuhan dalam negeri, menjadi bagian penting memberi sharing untuk ekspor, dan sharing dunia tekstil," kata Dody di STTT Bandung, Kota Bandung, Sabtu (30/7).

Selain harus mengambil peluang itu, imbuh Dody, masyarakat Indonesia pun harus bangga dan memakai produk tekstil dalam negeri. Hal ini tentunya untuk menjaga pertumbuhan industri TPT dan memberikan kontribusi melalui pemanfaatan pasar dalam negeri.

"Jadi semua harus membantu menumbuhkan industri tekstil dengan beli baju, pakaian, serta sandang buatan Indonesia. Itu yang paling penting. Kalau kita sendiri nggak menghargai pasar kita dan tidak memakai produk dalam negeri. Jangan harap kita bisa mempertahankan pertumbuhan ini," imbuhnya.

Direktur Politeknik Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT) Bandung, Tina Martina mengungkapkan, pihaknya pun terus mendukung pertumbuhan industri TPT melalui penyediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul.

Hal itu direalisakan oleh Politeknik STTT Bandung melalui kelas kesetaraan D1 yang dikerjasamakan dengan perusahaan industri. Menurutnya, strategi ini dapat meningkatkan kemampuan para pegawai maupun lulusan SMA maupun SMK agar siap dan mampu bersaing di dunia kerja.

"Kami memberikan peluang kerjasama dengan industri yang luas untuk memberikan pelatihan-pelatihan. Itu bentuk mendukung industri untuk bisa memenuhi keinginan atau sesuai dengan sarana industri tekstil yang menjadi skala prioritas di Pembangunan Nasional," ungkap Tina.

Sementara itu, Ketua Reuni Akbar IKA ITT STTT, Haris Sugondo menuturkan, dalam balutan reuni akbar 100 tahun kebangkitan tekstil diperlukan komitmen nyata dari para alumni. Komitmen itu nantinya berguna untuk membuat kolaborasi nyata dari berbagai stakeholder.

"Kita akan bersatu untuk membuat kebangkitan tekstil yang selama ini kita katakan sunrise (tumbuh). Kemarin kan sempat menurun sunset (menurun). Kami berikrar di 100 tahun kebangkitan tekstil bisa terus tumbuh dan jadi primadona lagi," tutur Haris.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua Reuni Akbar IKA ITT STTT, Shobirin Hamid menambahkan, pihaknya terus berupaya mengembalikan kejayaan industri TPT yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19 dan banjirnya produk impor.

"Jadi tidak hanya seperti strategi yang sudah dilaksanakan oleh beberapa industri dengan pentahelixnya. Kita pun sama, intinya bersinergi dan kolaborasi," kata Hamid.

"Harapannya tentu semua stakeholder industri tekstil bersama-sama dalam satu ruang menuju satu ekosistem industri tekstil Indonesia yang berdaulat yang tentunya bisa menjadi pemain global," tutup dia.