Hingga kini hampir semua negara di Sub-Sahara Afrika berada dalam cengkeraman konflik bersenjata dengan intensitas rendah dan tinggi yang mendorong jutaan warganya terpaksa harus mengungsi ke wilayah lain.
- Viral Video Mesum Selebgram Cantik Bersama Pegawai BUMN, Durasi 1 Menit 34 Detik
- Ini Dia 6 Daerah Banjir Paling Parah di Kota Tangerang
- BPBD Lebak Kirim Warning, Wisatawan Harap Waspada Bencana Alam saat Liburan Panjang
Baca Juga
Konflik bersenjata di Afrika dinilai mengalami peningkatan yang signifikan setelah banyak dan mudahnya bagi para pelaku kejahatan untuk mengakses pasokan senjata ilegal yang dibeli dari luar negeri.
Menurut para ahli, penyebaran senjata ilegal di Afrika tidak dapat dengan mudah dihentikan. Khususnya ketika China mulai mengubah pendekatan mereka dengan mengajukan syarat untuk penjualan senjata ke negara-negara Afrika.
Dimuat ANI News pada Selasa (20/9), laporan Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) menyebut China sebagai pemasok senjata global keempat, menyumbang 4,6 persen dari total ekspor senjata global antara 2017 dan 2021.
Sepuluh persen dari total penjualan ekspor global China, didistribusikan ke negara-negara Afrika, termasuk Ethiopia, Sudan, Nigeria, Tanzania, Kamerun, Zimbabwe, Zambia, Gabon, Aljazair, Namibia, Ghana, Burundi, Kenya, dan Mozambik.
Data ini diperkuat dengan laporan Jane's Defense Weekly yang manyatakan hampir 70 persen kendaraan militer lapis baja di 54 negara Afrika berasal dari China dan hampir 20 persen dari semua kendaraan militer di benua itu dipasok oleh negara komunis.
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan oleh jurnal medis The Lancet pada tahun 2018, maraknya proliferasi senjata ini, diperkirakan telah menewaskan jutaan orang akibat memanasnya konflik yang dipersenjatai di Afrika sejak tahun 1990-an.
Tingginya kekerasan dan ketidakamanan wilayah menjadi alasan besar yang memaksa penduduk untuk keluar dari rumah mereka dan mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Menurut Norwegian Refugee Council’s Internal Displacement Monitoring Centre, dari total 14,4 juta orang yang mengungsi di seluruh dunia akibat konflik atau kekerasan pada tahun 2021, sebanyak 80 persennya atau 11,6 juta orang terlantar berasal dari Sub-Sahara Afrika.