Serangan Rusia ke Ukraina menjadi alasan Jerman untuk mengevaluasi ulang hubungan diplomatiknya kedua negara.
- Jelang Pelantikan Andra Soni-Dimyati Natakusumah, Pj Gubernur Banten Mendadak Mutasi Kepala OPD
- BMKG Warning Warga Banten, Peringatan Cuaca Buruk di Lima Daerah
- Viral Video Mesum Selebgram Cantik Bersama Pegawai BUMN, Durasi 1 Menit 34 Detik
Baca Juga
Dalam pernyataan terbaru, Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier menyatakan bahwa Moskow dan Berlin sekarang saling bertentangan, menambahkan bahwa tidak ada jalan untuk kembali ke “mimpi lama.”
Berbicara di hadapan rakyat pada Jumat (28/10), Steinmeier menggambarkan keputusan Rusia untuk meluncurkan kampanye militernya pada bulan Februari sebagai peristiwa penting.
Dia mengakui bahwa banyak orang di Jerman merasa terhubung dengan Rusia dan rakyatnya, yaitu menyukai musik dan sastra Rusia.
"Tetapi dengan kenyataan baru, berarti tidak ada tempat untuk mimpi lama," kata Steinmeier, merujuk pada gagasan mantan presiden Soviet Mikhail Gorbachev tentang “rumah Eropa bersama.”
“Negara kami saling bertentangan hari ini,” ujarnya.
Presiden kemudian menyatakan bahwa Jerman memang terlibat dalam konflik tersebut, tetapi juga mengatakan tidak ikut berperang.
"Eskalasi permusuhan lebih lanjut di Ukraina, dan keterlibatan langsung negara-negara lain dalam konflik, harus dihindari," tegasnya.
Berbicara kepada duta besar Ukraina yang baru untuk Jerman, Alexey Makeev, Steinmeier telah menjanjikan dukungan berkelanjutan Berlin untuk Kyiv, termasuk sokongan militer, keuangan dan politik selama diperlukan.
Dia juga memperingatkan rekan-rekannya tentang tahun-tahun yang sulit, tahun-tahun yang sulit di depan.
Menurutnya, dunia telah berubah. "Sudah waktunya bagi kita untuk mengucapkan selamat tinggal pada pola pikir dan harapan lama. Ini berlaku, khususnya, untuk pandangan kami tentang Rusia," katanya, "Untuk Jerman, inilah saatnya mengubah haluan."
Segera setelah dimulainya kampanye militer Rusia melawan Ukraina, Jerman bersama dengan anggota Uni Eropa dan AS lainnya, menampar Rusia dengan sanksi ekonomi yang luas.
Berlin juga memasok pasukan Kyiv dengan persenjataan ofensif, dan bahkan saat ini menyediakan artileri, roket, sistem rudal anti-pesawat, dan meriam yang dipasang di kendaraan.