Kematian santri berinisial AM (17) di Pondok Pesantren Modern Gontor, Ponorogo adalah kelalaian dan tindakan pribadi oknum santri yang berlebihan.
- Hastag #Hastobiangkerok Menggema di Media Sosial
- Andra Soni Fokus Rekonsiliasi Jelang Pelantikan Gubernur Banten
- Partai Gerindra Sentil PDIP Soal PPN 12 Persen: Lempar Batu Sembunyi Tangan
Baca Juga
Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid menyatakan kekerasan itu juga diyakini bukan bagian dari kebijakan umum dari Ponpes Gontor.
"Untuk hal tersebut saya mengimbau kepada para wali santri untuk tetap tenang dan memberikan kepercayaan penuh kepada pengasuh ponpes Gontor. Percayalah bahwa pesantren adalah tempat yang aman bagi anak-anak belajar," ujar Zainut dalam keterangan tertulisnya, Minggu (11/9).
Disisi lain, ia menyampaikan keprihatinannya terkait insiden kematian santri ini. Zainut berharap peristiwa tersebut tidak terulang di kemudian hari.
"Semoga dengan kejadian ini, pondok pesantren Gontor dan juga Ponpes lainnya melakukan evaluasi dan perbaikan dari berbagai kegiatan ekstra kurikuler atau kegiatan lainnya yang berpotensi melahirkan tindakan kekerasan," terang dia.
Sebelumnya, seorang santri Ponpes Gontor 1 Ponorogo berinisial AM (17) meninggal dunia akibat penganiayaan, Senin (22/8). Awalnya, pihak pesantren menyebutkan AM meninggal dunia karena sakit. Pesantren itu pun membuat surat kematian palsu.
Meski demikian, pihak pesantren meralat pernyataan mereka. Ponpes Gontor mengakui AM wafat setelah mengalami penganiayaan. Mereka meminta maaf karena menutupi kejadian dengan alasan menjaga perasaan keluarga AM.