Sandiaga Uno dan Gerindra

Sandiaga Uno/Ist
Sandiaga Uno/Ist

SENSITIFITAS pasar pencapresan tahun 2024 tampaknya mewarnai kalangan elite dari Partai Gerindra ketika ada sounding terkait peluang Sandiaga Uno yang berpeluang diusung PPP sebagai capres poros alternatif lain. Menarik dan memikat juga berita ini. 

Reaksi kalangan elite Gerindra yang paling 'matang dan dewasa' terhadap isu ini datang dari Ketua Harian Sufmi Dasco Ahmad yang mengatakan itu hak politik setiap orang namun tentunya ada etika-etika sebagai orang partai terkait hal semacam itu. 

Memang sepatutnya perubahan dinamika politik kepemimpinan nasional khususnya bukanlah sesuatu yang tabu mengingat bahwa kehendak memperbaiki nasib bangsa adalah hak setiap warganegara pula. Setidaknya demikianlah idealisme ideologi yang menjadi dasar setiap warga yang merasa terpanggil untuk mengurus bangsanya. 

Dalam konteks ini sepantasnya para elite Gerindra tak perlu terlalu bereaktif dengan bahasa yang cenderung emosional belaka. Mempertanyakan peranan Sandiaga Uno bagi Partai Gerindra sama saja dengan mempertanyakan ketumnya secara tidak langsung, yang tentunya lebih tahu mengapa sosok Sandiaga masuk dalam jajaran elite pengurus partai. 

Sebaliknya malah semestinya turut merasa bangga bahwa salah satu anggotanya bisa dibidik partai lain untuk mejadi calon presiden. Sesuatu yang tidak mungkin bisa dimiliki begitu saja oleh anggota yang sekalipun rajin ke kantor pusat. 

Jadi persoalan dalam menghadapi kontestasi kepemimpinan nasional pada akhirnya sistem politik yang berlaku saat ini adalah kesepakatan partai dengan sang calon pemimpin yang resikonya paling kecil,

 Dan apabila Sandiaga masuk dalam kategori ini tentunya langsung atau tidak adalah buah kehebatan Partai Gerindra yang juga telah mengantarkan sosok seperti Ahok, Jokowi, Anies dan lainnya dalam berbagai segmen kepemimpinan di lembaga-lembaga negara. 

'Baper' terhadap kebesaran politik Sandiaga Uno oleh kalangan elite partai sepatutnya tak perlu terjadi. Biarkanlah air mengalir secara alami, toh kepastian itu pun belum terjadi.

Penulis adalah pemerhati sosial politik