Reshuffle Kabinet Indonesia Maju yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo kembali mempertegas dogma bagi-bagi kursi. Bahkan, seluruh partai pengusung dan pendukung Jokowi-Maruf Amin pada Pilpres 2019 sudah mendapat "kue kekuasaan".
- Hastag #Hastobiangkerok Menggema di Media Sosial
- Andra Soni Fokus Rekonsiliasi Jelang Pelantikan Gubernur Banten
- Partai Gerindra Sentil PDIP Soal PPN 12 Persen: Lempar Batu Sembunyi Tangan
Baca Juga
Peneliti Senior Institut Riset Indonesia (Insis), Dian Permata mengatakan, semakin sesaknya partai pendukung pengusung dan pendukung Jokowi-Maruf di postur kabinet menegasikan harapan perbaikan kerja presiden di sisa masa jabatan.
"Reshuffle kabinet ini kembali mempertegas dogma soal bagi-bagi kursi kabinet Jokowi. Seluruh partai pengusung dan pendukung Jokowi-Maruf pada Pilpres 2019 sudah mendapat kue kekuasaan," ujar Dian kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (17/6).
Hal itu, kata akademisi Universitas Ibnu Chaldun ini, tidak bisa dipungkiri dari background menteri dan wakil menteri baru yang ditunjuk oleh Jokowi.
"Misalnya, Zulhas, idealnya ditaruh di kementerian terdahulu. Dengan begitu dia tidak perlu mapping awal soal masalah yang bakal dihadapi di kementerian baru," kata Dian.
Akibatnya, kata Dian, publik menyambut reshuffle kali ini kembali dengan sinisme. Kabinet Zaken dan tidak adanya rangkap jabatan seperti yang dicita-citakan Jokowi di awal kepimpinan tidak terwujud.
"Lihat saja posisi menteri baru dilantik. Mereka adalah elit partai," pungkas Dian.