Pemprov Jabar melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) mendorong pemuda untuk menjadi eksportir milenial dan masuk dalam kategori Industri Kecil Menengah (IKM). Sebab, pemuda-pemuda di Jabar dinilai memiliki potensi ekonomi.
- Janji IPO Berujung Tipu Daya, Tabratas Tharom Rugikan Maicih hingga Miliaran
- Diskon Pajak 25 Persen PBB-P2 dan BPHTB di Kota Tangerang Bisa Dibayarkan Saat Libur
- AEON Hadirkan Konsep Destinasi Keluarga di Eastvara BSD City Tangerang
Baca Juga
Asda Bidang Administrasi Setda Jabar, Ferry Sofwan Arif menerangkan, pihaknya saat sedang fokus untuk menumbuhkan eksportir milenial. Ia menilai ada ruang terbuka di ekspor non migas yang bisa diisi para pemuda.
"Kita berkaca pada data bahwa ekspor Jabar itu paling tinggi di Indonesia, karena produk kita lebih beragam," terangnya dalam Kick Off Eksportir Milenial di Gedung Sate, Bandung, Jumat (1/7).
Berdasarkan data BPS tahun 2020, jumlah penduduk di Jabar mencapai 48,2 juta jiwa sehingga ada potensi yang muncul untuk menjadi eksportir milenial. Apalagi, sebanyak 25 persen merupakan generasi Y dan 21 persen adalah generasi Z.
"Kelompok anak muda ini lebih dari 50 persen mereka bisa menjadi konsumen sekaligus produsen," ucapnya.
Dijelaskan Ferry, peluang ekspor komoditas dan produk olahan dari kaum milenial sangat terbuka dan ceruk pasarnya luas. Variasi produk yang diekspor oleh para milenial pun beragam seperti, kantung urin, briket batubara, kelapa parut, sampai tanaman hias.
"Ini bisa kita garap bersama-sama, mereka (milenial) melek informasi dan digitalisasi, yang paling kesempatan ini bisa dimanfaatkan oleh generasi Z dan Y," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Disperindag Jabar Iendra Sofyan menambahkan, pihaknya menggenjot pertumbuhan eksportir milenial melalui program Export Coaching Program (ECP) yang digelar sejak 2019.
"Sudah ada sekitar 240 eksportir milenial yang kita latih, tahun 2022 ini ada 30 orang dari 150 orang yang mendaftar dan berhasil kami kurasi," tambah Iendra.
Selama setahun penuh, peserta ECP diberikan pengetahuan mengenai riset pasar negara tujuan ekspor, mencari data calon buyer, korespondensi bisnis, informasi, peluang pasar dari perwakilan dagang di negara tujuan ekspor serta persiapan business matching.
"April-Juni 2022 ini kami sudah berhasil mengekspor 158.344 US$ dari 9 komoditi," lanjutnya.
Ke depannya, program ECP akan terus dikembangkan oleh Disperindag Jabar dengan dukungan perbankan hingga Bank Indonesia beserta dinas terkait seperti KUK, Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura, serta Dinas Perkebunan.
"Semuanya harus terkoordinir di Disperindag, karena kami yang akan melaporkan seluruh aktifitas ekspor baik manufaktur dan IKM," tuturnya.
Kendati peluang terbuka lewat program ECP, ia memastikan proses seleksi dan kurasi diberlakukan pihaknya mengingat kemampuan dan semangat tiap peserta berbeda-beda. Dari 150 eksportir yang mendaftar ECP, hanya seperlima yang siap melakukan ekspor.
"Sisanya kami terus bina untuk lebih siap lagi melakukan ekspor," sambungnya.
Iendra menyebut program ECP akan menjadi filter bagi eksportir milenial yang tangguh karena peserta harus melewati enam tahap. Peserta diberikan pengetahuan mengenai riset pasar negara tujuan ekspor, mencari data calon buyer.
Kemudian, korespondensi bisnis, informasi dan peluang pasar dari perwakilan dagang di negara tujuan ekspor serta persiapan business matching.
"Jadi tidak langsung ekspor, tidak langsung container, tapi bertahap," tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Kepala Perwakilan BI Jabar, Bambang Pramono mengungkapkan, ekonomi global saat ini menghadapi tantangan cukup berat, satu diantaranya adalah staglasi
Menurut dia, staglasi merupakan kondisi ekonomi yang melambat dan biasanya disertai dengan kenaikan harga-harga pokok (inflasi). Ekspor yang terus tumbuh diharapkan bisa menghindarkan kondisi ekonomi nasional dari ancaman tersebut.
Bambang juga menilai pertumbuhan eksportir milenial bisa membantu pertumbuhan ekonomi Jabar yang nilai ekspornya saat ini menopang 43 persen. Milenial yang dibantu dengan sokongan teknologi dan serta kebijakan dari pemerintah akan menjadi eksportir yang mumpuni.
"Ada banyak sektor yang bisa didorong ekspor, maritim, pertanian, ini menjadi kesempatan kita untuk menggali potensi," tuturnya.
Keberhasilan peserta program ECP 2021 diungkapkan salah satu eksportir milenial, Mariana dari CV Sankimo Ultraviolet yang menghasilkan produk kantong urin. Berdiri sejak 2012, perusahaannya memproduksi kantong urin memakai produk kertas.
"Kami launching 2017, kalau pipis itu urin bisa menjadi gel, tapi 2017 itu ada trust issue dari masyarakat jadi belum banyak diminati," ujar Mariana.
Tak berhenti di situ, pihaknya mengembangkan produknya dengan bahan plastik ramah lingkungan berbahan corong yang bisa dipakai untuk traveling.
Hal itu dilakukan untuk menfasilitasi jemaah haji dan umroh yang tinggi. Akan tetapi, adanya pandemi Covid-19 sangat berdampak terhadap produk itu selama dua tahun.
Namun, setelah pihakya ikut Makkah Expo pada Maret 2022 lalu dan menghasilkan kontrak kerjasama pembelian senilai 170 ribu US$. Pihaknya saat ini tengah mengurus perizinan perbekalan peralatan rumah tangga (PKRT).
"Kami pikir produk kami hanya untuk jalan-jalan saja, tapi setelah dibantu Disperindag produk kami bisa masuk ke produk kesehatan juga. Jadi ekspor itu mudah sulit tapi membuat kami dan tim tetap berprasangka baik, karena milenial itu punya semangat, tenaga dan mimpi yang tidak terbatas," pungkasnya.