Perubahan yang sinifikan pada kebijakan Kolombia telah ditunjukkan oleh Presiden pertama dari sayap kiri, Gustavo Petro, melalui normalisasi hubungannya dengan Presiden Venezuela yang bermasalah, Nicolas Maduro.
- Viral Video Mesum Selebgram Cantik Bersama Pegawai BUMN, Durasi 1 Menit 34 Detik
- Ini Dia 6 Daerah Banjir Paling Parah di Kota Tangerang
- Pengujung Wisata Pantai Anyer Membeludak, Jalanan Macet
Baca Juga
Niat Petro itu direalisasikan dengan pertemuan resminya dengan Maduro di Istana Kepresidenan di Caracas pada Selasa (1/11).
Petro mengatakan jika membiarkan hubungan yang tidak baik dengan tetangga dekatnya Venezuela sama dengan pilihan untuk bunuh diri, sebab keduanya sama-sama memiliki musuh pemberontak yang kerap menimbulkan kekacauan di wilayah perbatasan.
Dalam pertemuan tersebut, Petro menekankan jika kedua negara sepakat untuk meningkatkan kerjasama di bidang keamanan dan perdagangan.
Di bidang keamanan, Petro akan meminta dukungan Venezuela untuk berdialog dengan Tentara Pembebasan Nasional (ELN), sebuah kelompok pemberontak Kolombia yang beroperasi di kedua sisi perbatasan.
Selain itu, keduanya juga akan berbagi sumber intelijen untuk mengusut tuntas jaringan perdagangan narkoba.
Sementara itu, di bidang ekonomi dan perdagangan, Petro berupaya melobi agar Venezuela masuk kembali ke Komunitas Bangsa Andes, sebuah kelompok perdagangan dan investasi regional.
Setelah pertemuan itu, Maduro mengatakan bahwa dia telah mendengarkan proposal Petro dan juga tertarik untuk mengembangkan kesepakatan antara kedua negara untuk memproduksi pupuk yang harganya mahal di Amerika Latin, karena perang Ukraina.
"Itu adalah pertemuan yang intens, bermanfaat, dan ekstensif," kata Maduro dalam sebuah pernyataan, seperti dimuat Associated Press.
Sebelum Petro terpilih pada bulan Juni, pendahulunya telah lama mendukung upaya AS untuk mengisolasi pemerintah Maduro, memberi sanksi pada ekspor minyaknya, dan memaksa Maduro menyelenggarakan pemilihan umum yang bebas dan adil.
Petro berubah arah segera setelah dia dilantik dan menjalin kembali hubungan diplomatik dengan pemerintah Maduro, meskipun pemimpin kiri itu kerap dikritik karena pelanggaran demokrasi dan pelanggaran HAM di negaranya.
Pada Selasa (1/11), pemimpin oposisi, Juan Guaido di Venezuela mengkritik pertemuan Petro dengan Maduro.
"Petro membantu menormalkan pelanggaran HAM di Venezuela dengan mengunjungi diktator Maduro dan memanggilnya seorang presiden," tulisnya di Twitter.