SIAPAKAH Chairil Anwar, penyair besar Indonesia yang disebut sebagai Pujangga Pelopor Angkatan ‘45, yang judul-judul sajaknya dan penggalan bait-bait sajaknya seakan terekam abadi di dalam ingatan, sejak dulu sampai sekarang ?
Sebutlah sebagian judul puisinya yang tak lekang dari memori, antara lain: Aku, Karawang-Bekasi, Cintaku Jauh di Pulau, Senja di Pelabuhan Kecil, atau Cerita Buat Dien Tamaela ...
Termasuk pula penggalan bait sajaknya yang terkenal:
Aku Mau Hidup Seribu Tahun Lagi !
Chairil Anwar sejak kecil bercita-cita jadi seniman. Waktu kedua orangtuanya bercerai ia ikut dengan ibunya, tinggal di Jakarta. Ada yang menyebut ia berdomisili di kawasan Manggarai, kemudian Kwitang.
Ada pula cerita, bersama ibunya ia menumpang di paviliun rumah Sutan Sjahrir di Jalan Latuharhary, Menteng. Di awal pendudukan Jepang.
Sutan Sjahrir yang masih terbilang paman Chairil Anwar adalah kerabat dekat sang ayah yang menurut cerita menjadi bupati Rengat, Riau.
Ayah Chairil gugur ditembak Belanda dalam peristiwa Bloedbad van Rengat (Pembantaian Rengat), Januari 1949.
Chairil anak semata wayang pasangan Toeloes Bin Haji Manan dan Saleha.
Lahir di Medan, Sumatera Utara, 26 Juli 1922. Orangtuanya berasal dari Tanah Minang.
Ia menempuh pendidikan di HIS dan MULO. Minatnya terhadap sastra, khususnya puisi, bergolak sejak duduk di sekolah rakyat.
Hasrat yang kuat ini mendorong Chairil belajar bahasa Jerman, Belanda, dan juga Inggris secara mandiri, supaya dapat membaca karya-karya sastra dunia.