Elizabeth II menjadi Ratu Inggris dalam usia yang sangat muda, yaitu 25 tahun. Ayahnya, Raja George VI, meninggal dunia dalam usia 56 tahun karena kesehatannya yang memburuk selama beberapa tahun terakhir.
- Viral Video Mesum Selebgram Cantik Bersama Pegawai BUMN, Durasi 1 Menit 34 Detik
- Ini Dia 6 Daerah Banjir Paling Parah di Kota Tangerang
- Diskotek Crown Jadi Biang Kerok Kebakaran yang Menewaskan Belasan Orang
Baca Juga
Kepergian ayah yang sangat ia cintai adalah pukulan terberat bagi Elizabeth. Terlebih, ayahnya meninggal pada saat ia tidak berada di sisinya.
George VI menderita kanker paru-paru. Pada Januari 1952, Elizabeth dan suaminya mewakili ayahnya untuk tugas ke luar negeri. Meskipun sakit parah, George VI tetap memaksakan diri mengantar puteri tercintanya itu sampai bandara.
Ternyatam itu adalah kali terakhir Elizabeth melihat ayahnya.
Ia berada di Kenya dalam tugas negara ketika mendengar berita kematian ayahnya.
Hatinya tidak karuan saat itu. Ia segera kembali ke London dan kerajaan mendaulatnya sebagai Ratu Inggris, menggantikan ayahnya.
"Di satu sisi, saya tidak memiliki pengalaman apa pun (dalam memerintah sebuah negara). Ayah saya meninggal terlalu muda, jadi itu adalah hal yang sangat mendadak untuk mengambil dan membuat keputusan dalam pekerjaan terbaik yang Anda bisa," ujar Ratu suatu kali saat mengenang bagaimana ia memulai memimpin kerajaan Inggris.
Sejak kecil, Elizabeth sering mengikuti ayahnya bertugas. Bertemu dengan banyak pejabat dari berbagai negara, membuatnya terbiasa menghadapi publik dan berbagai ancaman. Bahkan, ketika usianya 14 tahun, ia dan saudara perempuannya, Margaret, dikirim ke kastil Balmoral selama Perang Dunia Kedua, sementara rumah mereka di London menghadapi ancaman bom.
Kastil itulah yang kemudian dihuni terus menerus oleh 40 raja selama hampir 1.000 tahun.
Dengan 1.000 kamar di atas tanah seluas 13 acre (lima hektar) banguan bersejarah dengan arsitektur gothic itu membuat Ratu merasa nyaman untuk tempat perlindungan.
Namun, ia mengaku begitu rapuh saat harus menjadi Ratu di saat ayahnya meninggal tanpa pesan apa pun.
Ia kemudian tumbuh menjadi sosok pemimpin yang andal. Seiring waktu, para senator Inggrsi dan pemimpin dunia satu demi satu mengunjunginya ke Istana Buckingham dan berlutut di depannya.
Wanita mungil ini mampu mengubah pemimpin dunia yang keras sekalipun menjadi seseorang yang tersenyum dan menyeringai.
Ia juga berhasil menemukan cara untuk terhubung dengan para pejabat itu, tidak hanya sebagai sesama kepala negara, tetapi juga sebagai pribadi.
Barack Obama bahkan menyebut Ratu Elizabeth II sebagai "Ratu tanpa drama".
Balmoral, kastil Skotlandia tempat Ratu meninggal, adalah tempat di mana dia menikmati menjadi dirinya sendiri.
Sejarawan kerajaan Robert Lacey, mengatakan, tidak mengherankan jika orang- orang di desa terdekat seperti Ballater, mengingat sosok Ratu sebagai pribadi yang luar biasa dan menyayanginya dengan tulus.
"Dia bukan hanya Ratu kami, dia adalah tetangga - dan bagian besar dari komunitas ini," kata Pendeta David Barr di Gereja Glenmuick di desa tersebut, seperti dikisahkan BBC.
Seorang warga yang memiliki keahlian memperbaiki alat-alat, pernah diminta ke kastil Balmoral untuk memperbaiki gangguan pada radio kerajaan.
Balmoral yang luas mencakup lusinan rumah, banyak yang ditempati oleh staf perkebunan kerajaan. Biasanya, Ratu akan muncul tanpa pemberitahuan di rumah seseorang, dan bertanya: "Bagaimana kabarmu?"
Ratu dan suaminya sering menghabiskan waktu di Balmoral. Demikian juga anak-anak mereka.