Iran berusaha untuk meningkatkan pengiriman senjata canggih ke Rusia, yang saat ini meluncurkan invasinya di Ukraina. Kepala mata-mata Israel tidak menyebutkan bahwa senjata canggih itu dimaksudkan untuk mendukung Rusia menumpas Ukraina, tetapi dengan pengiriman senjata tersebut jelas menunjukkan indikasi bahwa ada peran Iran.
- Jelang Pelantikan Andra Soni-Dimyati Natakusumah, Pj Gubernur Banten Mendadak Mutasi Kepala OPD
- Viral Video Mesum Selebgram Cantik Bersama Pegawai BUMN, Durasi 1 Menit 34 Detik
- Ini Dia 6 Daerah Banjir Paling Parah di Kota Tangerang
Baca Juga
"Iran sedang meradikalisasi dan meningkatkan upayanya untuk melakukan serangan teroris, yang kami tekan setiap hari, di seluruh dunia," ujar David Barnea, direktur agen mata-mata Israel Mossad, dalam pidato yang disampaikan Kamis malam (22/12) di kepresidenan Israel saat memberikan penghargaan kepada dua belas agen mata-mata terkemuka pada kesempatan hari raya Yahudi.
"Hari ini, kami juga memperingatkan tentang rencana Iran di masa depan, yang mereka coba rahasiakan, untuk memperdalam dan memperluas pasokan senjata nuklir canggih ke Rusia," lanjutnya, seperti dikutip dari Ynet.
Telah banyak dilaporkan bahwa Iran memasok Rusia dengan rudal balistik serta drone, yang pada akhirnya digunakan Rusia dalam invasinya ke Ukraina.
Sebelumnya, kantor berita negara IRNA mengumumkan bahwa empat tim mata-mata Mossad Israel ditangkap. Iran menuding keempatnya telah "mengambil keuntungan dari kerusuhan" di negara itu. Iran telah diterjang aksi protes mematikan sejak kematian Mahsa Amini pada September yang tewas dalam tahanan polisi moral.
Hubungan Israel dengan Iran memburuk terutama sejak Iran mengambil posisi garis depan melawan Israel dengan melatih Hizbullah Lebanon serta mendorong pejuang Palestina melawan Israel.
Hubungan Israel dengan Rusia pun diwarnai dengan 'kehati-hatian' terutama sejak pecahnya perang Rusia di Ukraina Februari lalu.
Hubungan antara kedua negara saat ini hanya karena perlu menjaga lebih dari satu juta warga bekas Uni Soviet yang ada di Israel, sementara Rusia menyebarkan pasukan di negara tetangga Suriah.