Kekalahan Putin di Ukraina, Peluang Bagi Azerbaijan untuk Mencibir

Presiden Rusia Vladimir Putin/Net
Presiden Rusia Vladimir Putin/Net

Konflik terbaru antara Armenia dan Azerbaijan yang telah menewaskan puluhan tentara masing-masing telah menarik perhatian sejumlah petinggi negara di dunia.


Moskow kembali diminta untuk turun tangan menstabilkan gejolak serius dua negara itu,  tepat ketika Putin telah dilumpuhkan oleh serangan balik yang berhasil secara tak terduga oleh pasukan Ukraina.

Armenia memandang Moskow sebagai sekutu utama yang dapat menjamin keamanan gentingnya, sementara Turki adalah pendukung utama Azerbaijan.

Armenia dan Azerbaijan, bekas republik Soviet yang bertetangga, saling menyalahkan atas pertempuran baru yang dimulai pada Selasa dini hari (13/9) di beberapa titik di sepanjang perbatasan mereka.

Ini meningkatkan kekhawatiran akan konflik bersenjata besar lainnya di wilayah Uni Soviet lama sementara pada saat yang sama invasi Rusia di Ukraina semakin berlarut dan menegangkan.

Armenia dan Azerbaijan sama-sama menderita kerugian dengan puluhan tentara tewas dalam pertempuran terbaru setelah tahun 2020 bentrokan yang sama terjadi dan menjadi perang panjang dua negara. Ini kembali mendorong Putin untuk turun tangan. meminta kedua pihak agar menenangkan diri, sementara dia sendiri tengah dihadapkan dengan kekalahan pasukan Rusia di Ukraina.

"Sulit untuk melebih-lebihkan peran Federasi Rusia atau peran Putin secara pribadi," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan, seperti dikutip dari AFP, Rabu (14/9).

"Presiden melakukan segala upaya untuk membantu meredakan ketegangan di perbatasan," lanjutnya.

Rusia memiliki pasukan penjaga perdamaian di zona konflik Azeri-Armenia sebagai penjamin kesepakatan yang mengakhiri perang enam minggu pada 2020 lalu atas daerah kantong Nagorno-Karabakh yang disengketakan.

Laurence Broers, dari lembaga think tank Program Rusia dan Eurasia Chatham House berpendapat bahwa posisi Rusia menjadi sulit saat ini. Invasi Rusia di Ukraina telah membawa pengaruh atas konflik terbaru antara Baku dan Yerevan. Ini jelas membuat Putin sakit kepala.

"Perang Rusia di Ukraina telah merusak status Moskow sebagai penjamin keamanan regional, meninggalkan ruang bagi Azerbaijan untuk membuat lebih banyak klaim," kata Broers.

"Sejak Februari, kami juga telah melihat runtuhnya reputasi Rusia sebagai pelindung keamanan dan penyedia keamanan di kawasan itu," lanjutnya.

"Itu telah menciptakan jendela peluang bagi Azerbaijan, mengingat bahwa hasil perang kedua pada tahun 2020 meninggalkan urusan yang belum selesai," kata Broers lagi.

Di bawah mediasi Putin, Azerbaijan membuat keuntungan teritorial yang signifikan pada tahun 2020 dengan merebut kembali tanah yang hilang dari etnis Armenia.