Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah dijadwalkan untuk melakukan kunjungan ke Arab Saudi pada akhir bulan ini, dengan tujuan utamanya mendapatkan harga minyak yang lebih murah.
- Janji IPO Berujung Tipu Daya, Tabratas Tharom Rugikan Maicih hingga Miliaran
- Diskon Pajak 25 Persen PBB-P2 dan BPHTB di Kota Tangerang Bisa Dibayarkan Saat Libur
- AEON Hadirkan Konsep Destinasi Keluarga di Eastvara BSD City Tangerang
Baca Juga
Rencana kunjungan Biden itu pertama kali dilaporkan oleh Washington Post dan New York Times pada Kamis (2/6).
Kunjungan tersebut awalnya tidak termasuk dalam tur yang akan dilakukan Biden, yang juga mengunjungi Israel, Jerman, dan Spanyol. Tetapi Gedung Putih mengatakan tidak ada penghalang bagi Biden untuk bertemu dengan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman.
"Jika dia memutuskan bahwa adalah kepentingan Amerika Serikat untuk terlibat dengan seorang pemimpin asing dan bahwa keterlibatan semacam itu dapat memberikan hasil, maka dia akan melakukannya," kata seorang pejabat senior Gedung Putih, seperti dikutip The Guardian.
“Dalam kasus Arab Saudi, yang telah menjadi mitra strategis Amerika Serikat selama hampir 80 tahun, tidak ada keraguan bahwa kepentingan penting terjalin dengan Arab Saudi. Dan Presiden memandang Kerajaan Arab Saudi sebagai mitra penting dalam sejumlah inisiatif yang sedang kami kerjakan baik di kawasan maupun di seluruh dunia," tambahnya.
Kunjungan ke Arab Saudi dan kemungkinan pertemuan dengan putra mahkota menunjukkan keteguhan Biden terhadap hak asasi manusia (HAM) mulai tergerus. Lantaran di pada awalnya, pemerintahan Biden telah menyoroti pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.
Upaya Biden untuk mengisolasi putra mahkota sendiri terbentur dengan kepentingan AS untuk menjatuhkan sanksi pada Rusia yang menginvasi Ukraina pada 24 Februari lalu.
Guna memotong pendapatan Rusia, Washington telah mencari perluasan pasokan minyak global untuk menurunkan harga.