Pemberian bantuan persenjataan Lithuania ke Ukraina mendapat tanggapan dari kepala pertahanan negara itu, Letnan Jenderal Valdemaras Rupsys.
- Polda Banten Beber Kasus Minyak Goreng Djernih dan MinyaKita, Ternyata...
- Minyak Goreng MinyaKita Tak Sesuai Takaran, Ini 3 Produsennya
- Jalur Alternatif Menuju Pantai Anyer Banten Putus Akibat Longsor
Baca Juga
Dalam pernyataannya pada Rabu (26/10) di dekat kota Pabrade, komandan tertinggi negara Baltik itu mengatakan bahwa Lithuania seharusnya tidak mempersenjatai Ukraina dengan persenjataan berat dengan mengorbankan kemampuan pertahanannya sendiri.
Laporan mengklaim dia berbicara tentang howitzer self-propelled PzH 2000 buatan Jerman dan sistem pertahanan udara NASAMS buatan AS/Norwegia pada khususnya.
“Saya perlu memiliki alat. Kami tidak dapat melakukan tugas tanpa kapasitas, tetapi kapasitas yang kami miliki ini, sekarang telah mencapai titik di mana kami tidak dapat melakukan off-load lagi," kata Rupsys, seperti dikutip dari AP.
Dia juga menambahkan bahwa dirinya akan mengajukan proposal masing-masing kepada pemimpin negara, dan meminta pemerintah untuk mencari cara lain untuk mendukung Ukraina.
Tanggapan Rupsys datang di saat pihak berwenang di Vilnius sedang mempertimbangkan untuk menyerahkan howitzer self-propelled dan unit NASAMS setelah menerima permintaan dari Kyiv.
Kritikus, bagaimanapun, telah memperingatkan langkah itu akan merusak kemampuan pertahanan yang baru diperoleh Lithuania sendiri.
Awal bulan ini, Presiden Gitanas Nauseda mengatakan bahwa keputusan akan dibuat pada pertemuan mendatang Dewan Pertahanan Nasional Lithuania, tanpa menentukan tanggalnya.
Lithuania, seperti banyak negara anggota UE dan NATO lainnya, telah memasok senjata ke Ukraina sejak dimulainya serangan Rusia.
Negara Baltik itu telah memberi Ukraina pengangkut personel lapis baja, SUV pembersih ranjau serta sistem pertahanan udara, senjata anti-tank, dan mortir.
Pada bulan Agustus, Wakil Menteri Pertahanan Lithuania Margiris Abukevicius mengatakan negara itu dapat lebih meningkatkan pengiriman senjatanya ke Ukraina jika NATO setuju untuk mengisi kembali persediaannya yang habis.