Dubes An Kenang 11 Tahun Kepergian Kim Jong Il dan Pengabdiannya untuk Rakyat

Dubes RRDK An Kwang Il dalam pemutaran film mengenang kepergian Great Leader Kim Jong Il di Kedubes RRDK, Sabtu (17/12)./APRCPRK
Dubes RRDK An Kwang Il dalam pemutaran film mengenang kepergian Great Leader Kim Jong Il di Kedubes RRDK, Sabtu (17/12)./APRCPRK

Pengabdian yang luar biasa untuk rakyat telah diberikan dengan sepenuhnya oleh Ketua Kim Jong Il. Semua orang mengakui bagaimana ia menjadi sosok pemimpin luar biasa bagi rakyatnya.


Terbukti dari bagaimana Kim akhirnya harus mengembuskan napas terakhirnya di kereta di sela-sela melakukan kunjungan.

Setelah 11 tahun berlalu, Duta Besar Republik Rakyat Demokratik Korea (RRDK) An Kwang Il, memastikan pengabdian Great Leader Kim akan terus diingat rakyat Korea yang berutang budi padanya.

"Desember 2011 adalah bulan yang biasa bagi Kim Jong Il, Ketua Komisi Pertahanan Nasional Republik Rakyat Demokratik Korea, yang telah mengabdikan segalanya untuk kemakmuran dan kebahagiaan rakyatnya sepanjang hidupnya," kata Dubes An dalam acara pemutaran film "Nuke for Nuke: All-out Confrontation for Head on Confrontation" yang digelar oleh Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Korea secara daring pada Sabtu (17/12).

Seperti hari-hari biasa lainnya, Kim mengunjungi Kaeson Youth Park di ibu kota Pyongyang pada hari Minggu pertama setiap bulan. Terlepas dari cuaca yang sangat dingin.

"Ketika seorang tukang taman bertanya mengapa dia datang pada hari yang begitu dingin, bukan pada hari yang cerah, di (Kim Jong Il) berkata bahwa dia melakukannya agar orang-orang dapat datang pada hari yang cerah," kata Dubes An.

Suatu ketika di bulan Februari, cerita Dubes An lagi, Kim mengunjungi Kompleks Vinalon, Kompleks Mesin Ryongsong, Pabrik Pakaian Rajut Hamhung, Pabrik Sepatu Kulit Hungnam dan beberapa unit lainnya di Provinsi Hamgyong Selatan.

Kunjungan itu bahkan dilakukan di tengah kesehatannya yang memburuk. Namun, dia mengunjungi lebih dari seratus unit tahun itu, memimpin pembangunan Korea Utara menjadi negara sosialis yang kuat.

"Terus terang, dia menderita penyakit parah karena kelelahan mental dan fisik pada masa itu. Dia hampir tidak bisa berdiri," ungkap Dubes An.

Dengan kondisi kesehatannya yang serius, Kim diminta dokter untuk menunda kegiatan-kegiatan di banyak tempat dan fokus beristirahat sementara waktu.

"Tetapi dia bersikeras, mengatakan: Maaf, tapi saya tidak bisa mengikuti saran Anda. Saya lebih suka meminta Anda untuk mengikuti saran saya," tambah Dubes An.

Bagi Dubes An, Kim adalah sosok yang berkemauan keras untuk mencurahkan segalanya untuk membangun negara yang makmur dan membawa kebahagiaan bagi rakyatnya.

Hingga pada tanggal 15 Desember, dua hari sebelum kematiannya, dia melihat-lihat Pusat Informasi Musik Hana dan Supermarket Area Kwangbok untuk waktu yang lama.

Keesokan harinya dia mempelajari makalah tentang peningkatan taraf hidup masyarakat di kantornya sampai larut malam, dan pergi untuk putaran lain bimbingan di tempat.

Setelah itu pada 17 Desember 2011, Kim Jong Il meninggal dunia di kereta yang selama ini telah ia anggap sebagai rumah.