Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, Pemprov DKI telah mengubah sistem rekrutmen pelajar SMP dan SMA sejak 2019 karena sebelumnya akses pendidikan di Ibu Kota selama bertahun-tahun tidak merata.
- Siap jadi Penyangga IKN, Pemkot Banjarmasin Berguru pada Jakpro
- Peneliti BRIN: Food Estate Butuh Waktu Karena Mengolah Lahan Rawa Tidak Mudah
- Pilihan Ganjar Pranowo Siap Maju Pilpres 2024 Realistis
Baca Juga
"Selama tiga tahun terakhir mulai 2019, kami mengubah bagaimana sistem rekrutmen SMP, SMA menganut prinsip kesetaraan," kata Anies dalam diskusi publik virtual soal menjawab tantangan masa depan bangsa di Jakarta.
Anies menuturkan, sistem penerimaan peserta didik baru tingkat sekolah lanjutan, yakni SMP dan SMA dipengaruhi latar belakang sosiologi dan ekonomi keluarga. Dia menjelaskan saat ini tidak ada lagi sistem penerimaan yang dipengaruhi faktor sosiologi dan ekonomi kedua orang tua calon peserta didik baru melalui sistem PPDB Online.
"SMP dan SMA yang dulu disebut favorit, dahulu sebelum dilakukan proses penyesuaian ini, siswanya bisa berisi 90 persen berlatar belakang keluarga pendidikan S1 dan S2. Sesudah dilakukan demokratisasi, pemerataan, dan siswa baru di sekolah itu proporsional," kata Anies yang dikutip redaksi, Sabtu (16/7).
Anies menyebut saat ini banyak siswa di Jakarta berasal dari latar belakang beragam termasuk pendidikan orang tua yang juga beragam.
Lebih lanjut, Anies menjelaskan penyesuaian penerimaan peserta didik baru dapat menjadi eskalator ekonomi dan sosial bagi masa depan bangsa.
"Itu dampaknya tidak bisa dilihat sekarang, nanti dampaknya dua tiga dekade mendatang, ketika anak-anak itu menjadi seseorang," demikian Anies.