China telah memperingatkan Swiss agar tidak mengikuti langkah Uni Eropa, jika ingin hubungannya dengan Beijing berlangsung mulus.
- Jelang Pelantikan Andra Soni-Dimyati Natakusumah, Pj Gubernur Banten Mendadak Mutasi Kepala OPD
- Viral Video Mesum Selebgram Cantik Bersama Pegawai BUMN, Durasi 1 Menit 34 Detik
- Ini Dia 6 Daerah Banjir Paling Parah di Kota Tangerang
Baca Juga
Duta Besar China untuk Bern Wang Shihting, menekankan jika sanksi diluncurkan oleh Swiss, maka apa yang telah dibina sejauh ini akan berantakan dan hubungan keduanya akan menderita
Swiss adalah salah satu negara barat pertama yang mengakui Komunis Tiongkok. Sejak itu hubungan kedua negara berjalan baik. Ketika China menjadi mitra dagang terbesar di Asia dan terbesar ketiga secara global pada 2010, hubungan dengan Swiss semakin lekat.
Pada Juli 2014, kedua negara meluncurkan platform bersama untuk perdagangan dan saham.
Hubungan itu nampaknya terancam terganggu setelah kepala badan Swiss menerapkan sanksi ekonomi.
Tahun lalu, UE menuduh pejabat China melakukan penahanan massal terhadap Muslim Uighur dan pelanggaran hak asasi manusia di wilayah Xinjiang. UE pun memberlakukan sanksi pertamanya terhadap Beijing sejak embargo senjata pada 1989 menyusul tindakan keras Lapangan Tiananmen.
Swiss belum memutuskan untuk mengikuti jejak Uni Eropa. Namun, Bern telah secara terbuka mengatakan ketidaksetujuannya terhadap catatan hak asasi manusia China.
Dalam mengungkap strategi baru di China, Bern mengumumkan beberapa perubahan kebijakan konkret, meskipun berusaha untuk tetap menekankan pentingnya hubungan bilateral.
"Siapa pun yang benar-benar peduli dengan hubungan persahabatan antara kedua negara, dan membuat kebijakan yang bertanggung jawab, tidak akan menyetujui sanksi," kata Wang Shihting, kepada surat kabar NZZ am Sonntag, seperti dikutio dari Reuters, Minggu (5/11).
"Jika Swiss menerapkan sanksi dan situasi berkembang ke arah yang tidak terkendali, hubungan Tiongkok-Swiss akan terganggu," tambahnya.