Dukungan persenjataan lebih lanjut untuk Ukraina kembali datang dari negara sekutu Barat, yakni Prancis dan Australia.
- Viral Video Mesum Selebgram Cantik Bersama Pegawai BUMN, Durasi 1 Menit 34 Detik
- Ini Dia 6 Daerah Banjir Paling Parah di Kota Tangerang
- BPBD Lebak Kirim Warning, Wisatawan Harap Waspada Bencana Alam saat Liburan Panjang
Baca Juga
Keduanya sepakat bekerja sama memproduksi peluru artileri 155 milimeter untuk membantu Ukraina menghadapi konflik bersenjata yang telah berlangsung hampir satu tahun.
Keputusan itu diumumkan oleh Menteri Pertahanan Australia Richard Marles dan mitranya Menteri Pertahanan Prancis Sebastien Lecornu dalam pernyataan bersama pada Senin (30/1).
Menhan Prancis menyebut perusahaan dari negaranya yakni Nexter akan berkontribusi dalam manufaktur, sementara Australia akan memasok bubuk mesiu sebagai bahan dasar.
"Beberapa ribu selongsong 155mm akan diproduksi bersama oleh pemasok senjata Prancis Nexter," kata Lecornu seperti dimuat AFP.
Lecornu menegaskan bahwa bantuan senjata untuk Ukraina akan terus bertambah dan dipertahankan dari waktu ke waktu.
Hasil peluru produksi bersama, disebut Lecornu akan mulai dikirimkan ke Kyiv pada kuartal pertama 2023.
Sementara itu, Menhan Australia berkomentar bahwa proyek pembuatan peluru untuk Ukraina akan memakan biaya jutaan dolar.
Tetapi, menurut Marles, Australia dan Prancis akan tetap bersinergi membangun kekuatan dan dukungan bagi Ukraina.
"Beberapa kemampuan unik yang ada di Australia dan beberapa sinergi yang dapat dicapai oleh kerja sama Australia dan Prancis untuk memproduksi banyak peluru," jelasnya.
Kedua Menteri Pertahanan bertemu bersama Menteri Luar Negeri kedua negara, Catherine Colonna dan Penny Wong, saat Prancis dan Australia berupaya meluncurkan kembali kerjasama bilateralnya.
Hubungan keduanya mengalami pukulan serius pada 2021 ketika Canberra membatalkan kontrak kapal selam Prancis demi kapal selam nuklir Amerika, serta bergabung dengan aliansi AUKUS Pasifik bersama London dan Washington.